Pemerintah mulai menegakkan penuh kebijakan Zero ODOL sejak 2023. Dengan kebijakan ini, pemerintah menargetkan agar tidak ada lagi truk kelebihan muatan dan dimensi yang lalu-lalang seenaknya di jalan raya. Tapi, ketika kita ngobrol soal realitas di lapangan, cerita ODOL ini nggak semudah ngatur ukuran kardus di gudang. Ada benturan kepentingan yang bener-bener kerasa, terutama buat para sopir truk dan pelaku logistik.
Masalahnya Bukan Cuma Besar-Kecilnya Truk
Buat pemerintah, kendaraan Over Dimension Over Loading alias ODOL jelas musuh bersama. Truk kayak gini bikin jalan cepat rusak, bahaya buat pengguna jalan lain, dan bikin biaya perawatan infrastruktur jadi jebol. Menurut data, kerugian negara akibat truk ODOL ini udah tembus puluhan triliun rupiah tiap tahun. Bayangin aja, satu truk ODOL bisa bikin umur jalan yang harusnya 10 tahun jadi cuma 2-3 tahun. Ngenes, kan?
Tapi di sisi lain, sopir truk dan pemilik usaha ngerasa kebijakan Zero ODOL ini kayak palu godam yang jatuh tanpa kompromi. Banyak dari mereka bilang kalau pendapatan langsung ngedrop, muatan jadi nggak efisien, dan ujung-ujungnya dapur di rumah jadi susah ngepul.
Kenapa Masih Banyak Truk ODOL?

Jujur aja, ODOL udah jadi rahasia umum di dunia logistik. Sistem kerja borongan yang nuntut volume tinggi biar untung, plus longgarnya pengawasan di beberapa titik, bikin praktik ini seolah “dimaklumi”. Truk di-modif, bak ditinggikan, muatan di-push, semua demi selisih pendapatan yang lumayan buat biaya hidup.
Dan kalau bicara logistik Indonesia, kita masih banyak bergantung pada jalur darat. Belum semua wilayah punya akses pelabuhan yang layak atau jalur kereta barang yang efisien. Jadi ya, truk ODOL itu kayak solusi jangka pendek yang malah ngasih luka panjang.
Solusinya Bukan Sekadar Razia
Pemerintah memang udah mulai serius. Dari Undang-Undang LLAJ, Peraturan Menteri, sampai pemasangan alat Weight in Motion (WIM) buat deteksi otomatis kendaraan ODOL. Tapi penegakan aturan doang nggak cukup. Harus ada solusi bareng yang juga ngasih ruang adaptasi buat para sopir.
Misalnya, skema insentif buat perusahaan angkutan yang taat aturan, pelatihan sopir tentang keselamatan dan pengelolaan muatan, sampai kredit murah buat pengadaan truk standar. Kalau pemerintah langsung membebankan semua tanggung jawab kepada sopir tanpa memberikan solusi, tidak heran kalau mereka memprotes kebijakan tersebut. Bisa-bisa malah bikin aksi mogok masal dan chaos logistik.
Bukan Sekadar Soal Jalan, Tapi Soal Rasa Keadilan

Yang jadi masalah utama bukan cuma truk besar di jalan, tapi rasa nggak adil di hati para pelaku di lapangan. Mereka melihat pemerintah sebagai penindas, padahal niatnya pengen bikin jalan lebih aman dan tahan lama. Di sinilah pentingnya komunikasi. Pemerintah harus bisa nyambungin logika aturan dengan suara rakyat kecil yang selama ini jadi tulang punggung distribusi barang.
Dan ngomong-ngomong soal jalan dan sejarah, kalau kamu pernah lewat kawasan Tapen, Jawa Tengah, kamu bisa mampir ke Monumen Bendungan Soedirman Tapen. Tempat ini bukan cuma saksi bisu perjuangan pembangunan bendungan, tapi juga pengingat tentang bagaimana infrastruktur punya cerita panjang soal harapan, kerja keras, dan keberlanjutan. Sama kayak perjuangan lawan ODOL—bukan cuma tentang besi dan jalan, tapi juga tentang manusia dan masa depan.
Ayo Cari Jalan Tengah, Biar Jalan Kita Tetap Tegak
Kebijakan Zero ODOL perlu terus berjalan. Tapi pelaksanaannya juga harus nggak kaku. Coba tengok makanan tradisional Sunda kayak lotek semua bahan dicampur, tapi tetap seimbang. Begitu juga solusi ODOL, semua pihak harus diajak duduk bareng, cari komposisi pas antara aturan, ekonomi, dan kenyataan.
Jangan sampe jalan kita rusak karena keegoisan, tapi juga jangan sampai rakyat kecil kegencet oleh kebijakan yang nggak ngasih ruang nafas. ODOL itu masalah serius, tapi kita juga harus beneran serius nyari solusinya.
Penutup
Kalau kamu pengguna jalan, pelaku logistik, atau bahkan cuma penikmat lotek sambil scroll berita, yuk mulai sadar pentingnya keselamatan dan keberlanjutan. Truk Over Dimension Over Loading bukan solusi. Tapi tanpa solusi buat sopir dan pelaku usaha, aturan juga bisa jadi bumerang.Mau game changer? Benerin sistem logistik dari hulunya, bukan cuma nge-push sopir di jalan.
[…] kamu yang belum tahu tentang kebijakan ini, coba baca ODOL dan Dilema Jalan Raya Indonesia. Artikel itu bahas lengkap gimana truk ODOL berpengaruh ke banyak sektor, termasuk ritel […]
[…] tempat wisata unik. Kalau kamu sedang melewati jalur Wonosobo, coba sempatkan juga mampir melihat patung biawak raksasa di Wonosobo spot foto unik yang viral dan cocok buat pelengkap perjalanan kuliner […]